Alwi, Habib (2016) Pengantar studi konflik sosial: sebuah tinjauan teoritis. Insitut Agama Islam Negeri (IAIN) Mataram, Mataram. ISBN 978-602-99946-8-1

[img] Text (Buku)
Pengantar Studi Konflik Sosial Sebuah Tinjauan Teoritis.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (743kB)

Abstract

INDONESIA Kehadiran buku ini memiliki kontribusi yang penting karena mengupas beberapa teori konflik yang bersumber pada pakar-pakar dibidang konflik. Sehingga buku ini layak digunakan sebagai bahan referensi bagi mahasiswa yang mempelajari atau para pemerhati kemasyarakatan. Buku ―Pengantar Studi Konflik Sosial‖ ini mengungkap beberapa persoalan konflik ditinjau dari persoalan yang mendasar hingga ke persoalan yang komprehensif. Dari konflik yang bersifat vertikal hingga yang bersifat horizontal. Dalam buku ini juga diuraikan proses penyelesaian konflik termasuk langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menangani masalah-masalah konflik, baik yang bersifat lokal maupun regional yang bersangkutan dengan studi konflik khususnya sosial. Hal yang lebih menarik dari kehadiran buku ini mencoba mengurai secara detail beberapa pakar ahli konflik yang teorinya masih resisten dibahas di dunia teorietis konflik seperti Karl Max, Coser, Dahrendorf, Weber, selain pemikiran mereka diulas, diulas pula biografi atau latar belakang kehidupan mereka. Terakhir juga dipaparkan mengnai perkembangan teori konflik ditinjau dari segi historis dan arus perubahan teori konflik yang relevan saat ini. Konflik dalam arti luas memiliki makna yang cukup luas. Studi konflik hingga saat ini masih menjadi isu-isu yang hangat dalam proses resolusinya. Studi konflik merupakan dasar pemikiran dari beberapa tokoh sosiologi yang mencoba membongkar sebab-sebab konflik yang terjadi di masyarakat. Studi konflik saat ini telah melahirkan berbagai konsep-konsep baru, untuk menawarkan sebuah perspektif baru untuk melerai persoalan konflik-konflik yang cukup memiliki fungsi baik positif maupun negatif. Sebagai contoh pembahasan pada bab-bab di atas telah dijelaskan dalam pandangan ahli konflik seperti, Lewis Coser, yang menjelaskan bahwa konflik sosial adalah sebagai suatu perjuangan terhadap nilai dan pengakuan terhadap status yang langka, kemudian kekuasaan dan sumber-sumber pertentangan dan netraliser atau di elaminer saingannya.1 Coser menafsirkan, bahwa konflik itu bersifat fungsional (baik) dan bersifat disfungsional (buruk) bagi hubungan-hubungan dan struktur-struktur yang tidak terangkum dalam sistem sosial sebagai suatu keseluruhan. Sedangkan Talcoot Parsons, mengatakan bahwa Implikasi dasar dari teorinya adalah konflik itu merupakan gejala ketegangan yang harus diatasi oleh sistem itu untuk mempertahankan keseimbangannya.2 Sedangkan teori konflik dalam Ralf Dahrendorf, adalah seorang ahli sosiologi asal jerman, teori konflik ini muncul di dasari atas teori fungsional yang bertentangan dengan teori konflik. 1. Setiap masyarakat kapan saja tunduk pada proses perubahan-perubahan sosial ada di mana-mana. 2. Setiap masyarakat kapan saja melihatkan perpecahan dan konflik, konflik social ada di mana-mana. 3. Setiap elemen dalam suatu masyarakat menyumbang dis integrasi dan perubahan. 4. Setiap masyarakat didasarkan atas paksaan dari beberapa anggotanya atau seorang lain Dari beberapa pandangan tentang teori konflik bahwa pengalaman umum, yang diperkuat oleh kesaksian sejarah menunjukkan bahwa relasi sosial yang ditandai dengan kompetisi yang tidak terkendali dapat berkembang menjadi penentangan; dan jika penentangan ini menegang tajam akan memunculkan konflik. Kata konflik, berasal dari bahasa Latin confligere, yang berarti saling memukul. Dalam pengertian sosiologis, konflik dapat dipahami sebagai suatu ―proses sosial‖ di mana dua orang atau dua kelompok orang berusaha menyingkirkan pihak lain dengan cara menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Wujud konflik yang paling jelas adalah perang bersenjata, di mana dua atau lebih bangsa atau suku bangsa saling tempur dengan maksud menghancurkan atau membuat pihak lawan tidak berdaya. Pihak-pihak yang terlibat konflik, dikuasai oleh suatu keinginan untuk mencapai suatu hasil yang dipersengketakan. Fokus perhatian masing-masing pihak terarah pada dua hal, pertama adanya lawan yang menghalangi, dan ke dua adanya nilai lain yang hendak dicapai. Sejarah memberikan kesaksian kepada kita, bahwa peperangan yang terjadi di masa lalu ditemukan adanya nilai sebagai motif perjuangannya; misalnya nilai demokrasi untuk meraih kebebasan dan persamaan hak, perbaikan nasih kaum buruh, ekspansi wilayah/daerah; nilai keagamaan (perang Salib); nilai kemerdekaan & kedaulatan bangsa. Konflik sosial mengadung pengertian pertentangan atau pertikaian antar pribadi, mulai dari konflik kelas sampai tingkat nasional. Dalam kondisi konflik kelompok kepentingan akan saling bersaing dan bertikai untuk memenangkan kelompoknya. Konflik sebagai gejala sosial yang melekat pada masyarakat bersumber dari permasalahan-permasalahan yang ada dalam masyarakat itu sendiri. Perubahan sosial yang timbul dalam masyarakat karena dalam masyarakat ada unsur-unsur yang saling bertentangan. Kontradiksi ini bersumber dalam kenyataan bahwa dalam masyarakat mengenal pembagian kekuasaan yang tidak merata, sehingga terjadi penindasan sebagai benih konflik . Terjadinya konflik sebagai hal wajar, namun memiliki sisi positif karena konflik dapat mendorong terjadinya perubahn sosial dalam masyarakat yang maju. Dalam usaha mengatasi konflik diperlukan acuan budaya nasional yang dapat diterima oleh seluruh masyarakat majemuk dengan mengedepankan nilai-nilai demokratisasi, eqalitarian, keadilan, dan kebebasan dalam mengembangkan agama dan budaya. Dalam menyelesaikan konflik diperlukan resousi konflik yang harus memahami akar permasalahan; baik ekonomi, politik, sosial, budaya, agama dan hubungan antar setiap elemen bangsa. Setiap elemen bangsa juga harus mengembangkan kearifan lokal dan keunggulan masyarakat majemuk dalam koridor negara Integralistik agar terwujud masyarakat Sipil atau Civil Society. Implikasi konflik terhadap perubahan sosial hingga saat ini telah menunjukkan bahwa ada beberapa indikasi yang telah mereformasi berbagai persoalan kemasyarakatan yang mencoba menawarkan sebuah tinjauan baru dalam artian bahwa persoalan konflik yang terjadi pada masyarakat masih massif dan cenderung vertikal. Sebuah tawaran dan model terkait dengan cara-cara penyelesaian konflik diantaranya sebagai berikut: 1. Mengakui adanya konflik. Langkah ini merupakan langkah awal untuk menyelesaikan konflik secara dini. Tanpa adanya pengakuan secara sadar bahwa telah terjadi konflik maka masalah tidak akan pernah terselesaikan. Kearifan dari semua pihak sangat diperlukan dalam proses ini. 2. Mengidentifikasi konflik yang sebenarnya. Kita dapat menyebutnya sebagai identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan memerlukan keahlian khusus. Konflik dapat saja muncul dari sumber atau akar masalah tertentu, namun masalah tersebut menjadi konflik bila tidak dikelola dengan emosi yang baik. Oleh sebab itulah, perlu dipilah mana yang menjadi masalah inti dan mana yang menjadi masalah karena hal-hal emosional. Masalah inti merupakan masalah yang mendasari terjadinya konflik sedangkan emosi hanya memperkeruh masalah itu saja. 3. Mendengarkan semua pendapat atau sudut pandang dari aktor yang terlibat. Sederhananya, lakukan dengan pendapat dan saran atau sharing dengan melibatkan semua pihak yang terlibat konflik untuk mengungkapkan pendapatnya. Hindari menilai pendapat benar atau salah karena hal ini hanya memperuncing masalah dan menjauhkan dari solusi. Fokuskan pembicaraan pada fakta dan perilaku, bukan pada perasaan atau unsur-unsur personal/pribadi. 4. Bersama-sama mencari cara terbaik untuk menyelesaikan konflik. Lakukanlah diskusi terbuka untuk memperluas wawasan dan informasi serta alternatif solusi untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan hubungan yang sehat di antara semua yang terlibat konflik. 5. Mendapatkan kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi. Doronglah pihak-pihak yang terlibat konflik untuk saling bekerja sama memecahkan permasalahan secara tepat. Buatlah seluruh pihak merasa tenang dan merasa diperlukan dan memerlukan satu sama lain. Salah satu cara yang efektif adalah dengan saling memposisikan dirinya pada peranan orang lain, sehingga akhirnya dapat dimengerti kenapa si A bertindak begini, dan mengapa si B bertindak begitu, dan seterusnya. 6. Menjadwal sesi tindak lanjut untuk mengkaji solusi yang dihasilkan. Pemberian tanggung jawab untuk melaksanakan solusi memerlukan komitmen yang kuat. Oleh sebab itu perlu dikaji solusi yang dihasilkan untuk mengetahui tingkat kefektifan dari solusi tersebut. Yang perlu dilakukan dalam proses penyelesaian Memperkuat Kapasitas Lokal dalam Membangun Perdamaian. Berikut ini beberapa catatan penting dalam merumuskan rencana pembanguan berbasis perdamaian dengan mengupayakan pemanfaatan kearifan dan kapasitas lokal. Acuan ini diharapkan dapat membantu mengarahkan pola pikir dan proses kajian terhadap dinamika konflik dengan mendeskripsikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam penyusunan program. Para perencana bersama elemen masyarakat lain dapat mengadaptasi proses ini sebagai salah satu alternatif dalam melakukan kajian terhadap dinamika konflik dengan tetap mempertimbangkan data profil daerah (propinsi atau kabupaten/kota). Tahapan kajian kapasitas lokal dalam membangun perdamaian, sebagai berikut: Langkah 1 Memahami Konteks Konflik 1. Mengidentifikasi secara tepat ruang geografis dan sosial berkaitan dengan program pembangunan. 2. Mengidentifikasi penyebab konflik antarkelompok dan kerawanan lain yang diperkirakan dapat menimbulkan peningkatan kekerasan. 3. Bagaimana hubungan antara pelaku dan program pembangunan dengan konteks konflik? Langkah 2 Analisis Pemecah (Dividers) dan sumber konflik Langkah 3 Analisis Perekat (Connectors) dan Kapasitas Lokal untuk Perdamaian Langkah 4 Analisis Bantuan dan Program Pembangunan Mengidentifikasi secara rinci pola dukungan, bantuan dan program pembangunan dan dampaknya bagi masyarakat dan upaya bina damai Langkah 5 Analisis Dampak Program Pembangunan tentang Konteks Konflik melalui Transfer Sumber Daya dan Pesan Etis (nilai) 1. Bagaimana dampak proses transfer sumber daya dan pesan etis (nilai) berdampak pada pemecah dan sumber konflik? 2. Bagaimana dampak proses transfer sumber daya dan pesan etis (nilai) pada perekat dan kapasitas lokal untuk perdamaian Langkah 6 Memformulasikan Pilihan Program 1. Jika suatu elemen program pembangunan berdampak negatif terhadap pemecah (dividers)—penguatan sumber ketegangan atau 2. jika elemen tersebut memberikan dampak negatif terhadap melemahnya perekat (conncetors) dan kapasitas lokal. 3. maka, formulasikan beragam pilihan yang mungkin untuk meminimalisasikan pemecah (dividers) dan memperkuat perekat (connectors). Langkah 7 Uji Pilihan dan Redesain ProgramLakukan pengujian berdasarkan pengalaman; 1. Apa dampak potensial pemecah atau sumber konflik? 2. Apa dampak potensial tentang perekat atau kapasitas lokal untuk perdamaian? 3. Gunakan yang terbaik dan optimalkan berbagai pilihan untuk meredesain program. Tinjauan langkah dalam proses penanganan konflik di atas pada sub-sub yang telah disubukan ada banyak pendekatan yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah konflik. Sebagai contoh langkah-langkah dalam menyelesaikan konflik di atas merupakan salah satu contoh dari sekian banyak pendekatan yang digunakan.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: konflik sosial; revolusi konflik; knflik klasik; konflik kontemporer
Subjects: 16 STUDIES IN HUMAN SOCIETY > 1608 Sociology > 160801 Applied Sociology, Program Evaluation and Social Impact Assessment
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220405 Religion and Society
Divisions: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi > Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam
Depositing User: mrs Nuraeni S.IPi
Date Deposited: 27 Feb 2022 10:22
Last Modified: 27 Feb 2022 10:22
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/1024

Actions (login required)

View Item View Item