Awaludin, Muhammad and Almuhtadi, Ahmad Saifulhaq (2020) Arah kiblat (dialektika fiqh, sains dan tradisi). Sanabil, Mataram. ISBN 978-623-317-068-0

[img] Text (Buku)
FS-IF-Awaludin-Buku.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (3MB)
[img] Text (Cek Plagiasi)
Arah Kiblat (2).pdf - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (22MB)

Abstract

INDONESIA Menghadap ke arah Kiblat merupakan syarat sahnya shalat. Sebagaimana diketahui setiap muslim mendirikan shalat fardlu lima kali setiap hari. Arah kiblat menjadi sangat penting bagi umat Islam, sebab hal ini berkaitan dengan sah atau tidaknya ibadah shalat itu dilakukan. Umat Islam sendiri telah bersepakat bahwa menghadap kiblat dalam shalat merupakan syarat sahnya shalat, Bagi orang-orang di kota Mekkah dan sekitarnya suruhan demikian ini tidak menjadi persoalan karena dengan mudah mereka dapat melaksanakan suruhan itu, namun bagi orang-orang yang jauh dari Mekkah tentunya timbul permasalahan tersendiri. Menghadap kiblat menjadi sangat mudah bagi mereka yang berada di sekitar kota Makkah. Meskipun ada beberapa tekanan khusus dalam menghadap kiblat bagi orang-orang yang berada di Makkah. Tekanan khususnya adalah bagi yang bisa menyaksikan Ka’bah secara langsung yakni seseorang yang berada di Masjidil Haram, diwajibkan untuk menghadap ke ‘Ainul Ka’bah (bangunan Ka’bah). Berbeda lagi dengan umat muslim yang jauh dengan kota Makkah, kewajiban untuk menghadap kiblat menjadi persoalan tersendiri dan dirasa sangat berat karena membutuhkan perhitungan dan pengukuran secara teliti. Sains memandang arah kiblat sebagai usaha untuk mencari arah kiblat agar pas mencapai bangunan Ka’bah atau arah kiblat akurat. Sementara itu arah kiblat dalam pandangan tradisi merupakan sebuah warisan yang harus dijaga keluhuran dan kemurniannya. Sebab apa yang mereka jaga dan mereka terima saat ini merupakan hasil ilmu para ulama/wali yang dihormati karena keilmuannya. Dialektika ini memberikan sebuah pemahaman bahwa antara fiqh, sains dan tradisi adalah sebuah kesatuan pemahaman. Dialektika arah kiblat menjadi menarik ketika sains dan tradisi juga hadir serta memaknai arah kiblat dengan sudut pandan tersendiri. Sains memandang arah kiblat sebagai usaha untuk mencari arah kiblat agar pas mencapai bangunan Ka’bah atau arah kiblat akurat. Sementara itu arah kiblat dalam pandangan tradisi merupakan sebuah warisan yang harus dijaga keluhuran dan kemurniannya. Sebab apa yang mereka jaga dan mereka terima saat ini merupakan hasil ilmu para ulama/wali yang dihormati karena keilmuannya. Dialektika ini memberikan sebuah pemahaman bahwa antara fiqh, sains dan tradisi adalah sebuah kesatuan pemahaman, dimana fiqh menjadi jalan tengah antara sains dan tradisi. Jika berbicara arah kiblat dalm ranah sains maka sebenarnya kita sedang membicarakn arah kiblat dg kategori ainul ka’bah. Sementara jika kita berbicara arah kiblat dalam sudut pandang tradisi, maka sebenarnya kita juga berbicara fiqh arah kiblat dalam kategori jihadul ka’bah. Sehingga bukanlah sebuah kontradiksi antara fiqh, sains dan tradisi dalam memahami arah kiblat, hanya memang perlu memahi kemajuan tekhnologi dan perkmabngan ilmu pengetahuan sebagai penyempurna dari keilmuan sebelumnya.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: arah kiblat; ka'bah; baitullah; sains; tradisi
Subjects: 02 PHYSICAL SCIENCES > 0201 Astronomical and Space Sciences > 020111 Islamic Astronomy (Falak) > 02011199 Islamic Astronomy (Falak) not elsewhere classified
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies > 22040304 Fiqh, Ushul Fiqh, Islamic Jurisprudence, and related science
Divisions: Fakultas Syariah > Jurusan Ilmu Falaq
Depositing User: Syahrul Gunawan Adita, S.E
Date Deposited: 03 Mar 2022 03:38
Last Modified: 08 Mar 2023 08:03
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/1039

Actions (login required)

View Item View Item