Quddus, Abdul (2020) Akhlak tasawuf: mazhab cinta meraih kebahagiaan dunia dan akherat. Sanabil, Mataram. ISBN 978-623-317-057-4

[img] Text (Buku)
FTK-PAI-Abdul Quddus,.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

INDONESIA Tasawuf bertujuan menjadikan agama tidak hanya dimengerti atau dipahami secara kognitif, tetapi juga dihayati serta dirasakannya sebagai suatu kebutuhan, sehingga ber-tasawuf menuntut tidak hanya dalam bentuk teoritis tetapi berujung pada implementasinya dalam realitas keseharian dimana kehidupan bergulir. Tujuan utama penciptaan manusia adalah mengenal Allah (marifatullah) dan penunaian kewajiban beribadah kepada-Nya. Tujuan ini, jauh sebelumnya sudah kita ikrarkan dalam perjanjian primordial di alam ruh bahwa setiap manusia mengakui Allah SWT sebagai Rab, berjanji menuhankan Allah (tiada Tuhan selain Allah), berjanji untuk tidak menyekutukan-Nya, tidak meminta kepada selain-Nya dan berbagai konsekuensi lainnya. Dalam perjalanan hidup di dunia, manusia terkadang lalai dan lupa dengan perjanjiannya tersebut disebabkan oleh tipu daya dunia dengan segala isinya dan jeratan hawa nafsu serakah. Maha baiknya, Allah SWT mengingatkan manusia kembali mengingat perjanjian primordial tersebut. Rasulullah SAW datang membawa al-Qur’an dengan menegaskan makna pengutusannya adalah misi penyempurnaan akhlak. Rasulullah SAW diutus menjadi rahmat bagi alam semesta (rahmatan lil al alamin) dan sekaligus memikul tanggung jawab berdakwah menyeru segenap umat manusia dan jin menuju penghambaan diri kepada Allah. Tasawuf di Nusantara tidak terlepas dari pengkajian proses islamisasi. Dapat dikatakan bahwa tersebarnya islam di indonesia sebagian besar adalah karna jasa kaum sufi. Tasawuf mulai masuk ke indonesia bersamaan dengan masuknya Islam ke indonesia dan tasawuf mengalami banyak perkembangan itu di tandai dengan banyaknya berkembang ajaran tasawuf dan tarikat yang muncul di kalangan masyarakat saat ini yang di bawah oleh para ulama indonesia yang menuntut ilmu di mekkah dan madinah. Tasawuf yang berkembang di indonesia di dominasi oleh tasawuf aliran sunni. Kalaupun ada penganut aliran falsafi pengaruhnya tidak begitu luas, bahkan aliran ini mendapat perlawanan dari pengikut sunni. Sufi pertama indonesia adalah Syekh Hamzah Fansuri. Fansur merupakan istilah orang arab untuk menyebut kota Barus, sebuah kota kecil yang terletak disekitar pantai barat Sumatera. Terletak antara Sibolga dan Singkel. Gagasan-gagasan Hamzah Fansuri tentang tasawuf banyak diungkapkan melalui bai-bait syair yang di kemudian hari banyak diinterpretasi oleh murid beliau, Syamsuddin (w. 1630). Mazhab bertasawuf Hamzah Fansuri ditengarai berafiliasi kepada Tarekat Qodiriyah yang didirikan oleh Syekh Abdul Qodir al-Jilani, tokoh sufi tersohor yang dalam bidang fikih bermazhab hambali. Sosok lain yang mengajarkan ajaran tasawuf di indonesia adalah murid Syekh Hamzah Fansuri, Syekh Syamsuddin (w. 1630). Ia adalah orang yang merumuskan konsep Martabat Tujuh yang populer dalam sejarah sufi nusantara. Konsep Martabat Tujuh yang digagasnya diyakini merupakan ajaran yang berasal dari Syekh Muhammad Burhanpuri, tokoh pengarang at-Tuhfah al-Mursalah ila Ruhi anNabi. Sedangkan Burhanpuri sendiri bermazhab tarekat Syattariyah yang sempat populer di bumi nusantara pada rentang abad ke 16 masehi. Selanjutnya, Syekh Nuruddin ar-Raniri. Sosok sufi yang bernama lengkap Nuruddin bin Ali bin Hasanji ini berasal dari keluarga Ranir, kemonitas arab yang berada di Gujarat, India, wafat sekitar tahun 1658 M. Dari tanah Aceh beliau terkenal di timur-tengah sebagai tokoh sufi yang menentang keras ajaran Wahdatul Wujud. Hal ini bisa terbaca jelas dari karya beliau yang sangat menentang ajaran kemanunggalingan makhluk dengan penciptanya tersebut. Selain itu, juga sebagai seorang faqih bermazhab syafi'i, teolog, ahli hadis, sejarawan dan ahli perbandingan agama. Selanjutnya, Syekh Abdur Rauf Singkel, sosok sufi kontroversial yang ajarannya banyak menuai kontroversi. Metode penempaan diri yang diajarkan Syekh Abdur Rauf adalah pembacaan dzikir dan wirid Tarekat Syattariyah. Ajarannya meyebar luas ke daerah sumatera dan jawa atas jasa murid-muridnya, diantaranya Burhanudin Ulakan dan Muhyidin yang berasal dari Pamijahan. Di makassar, Syekh Yusuf al-Makassari merupakan salah seorang ulama yang menyebarkan Tarekat Naqsyabandiyah. Dalam beberapa manuskrip, disebutkan bahwa Syekh Yusuf alMakassari berguru kepada tokoh Naqsyabandi di Yaman, Syekh Abdul Baqi. Namun, dalam catatan lain beliau ditengarai berguru kepada Syekh al-Kurani di Madinah. Sedangkan Syekh al-Kurani sendiri, justru mengajarkan Tarekat Syattariyah kepada Syekh Abdur Rauf Singkel

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: akhlak; baik dan buruk; pemikiran akhlak; aliran tasawuf tarekat
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies > 22040305 Akhlaq, Tasawuf, and related science
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Jurusan Pendidikan Agama Islam
Depositing User: Syahrul Gunawan Adita, S.E
Date Deposited: 03 Mar 2022 03:51
Last Modified: 03 Mar 2022 03:51
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/1041

Actions (login required)

View Item View Item