Zuhdi, Muhammad Harfin (2017) Mozaik NU: dinamika perkembangan Nahdlatul Ulama di Pulau Lombok. Sanabil, Lombok. ISBN 978-602-6223-63-0

[img] Text (Buku)
Mozaik NU Lombok.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (26MB)

Abstract

Berdirinya NU dapat dikatakan sebagai muara perjalanan dari perkembangan gagasan-gagasan yang muncul di kalangan ulama pada paruh seperempat abad ke-20. Berdirinya NU diawali dengan munculnya Taswirul Afkar sebagai gerakan keilmuan dan kebudayaan, kemudian lahir Nahdlatul Tujjar yang muncul sebagai lambang pergerakan ekonomi pedesaan, dan disusul dengan berdirinya Nahdlatul Wathan sebagai gerakan politik dalam bentuk pendidikan. Dengan demikian NU didukung oleh tiga pilar utama yang bertumpu pada kesadaran keagamaan.Tiga pilar tersebut adalah wawasan ekonomi kerakyatan, wawasan keilmuan dan sosial budaya dan wawasan kebangsaan. Nahdlatul Ulama menganut paham AhlussunahwalJama’ah, yaitu sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara dalil naqli dan dalil aqli. Karena itu sumber keagamaan bagi NU adalah al-Qur’an, Sunnah, Ijma’ dan Qiyas. Artinya, di samping menggunakan dalil naqli, NU juga menggunakan dalil aqli dengan mendayagunakan fungsi kemampuan akal ditambah dengan analisis realitas empirik. Formulasi berpikir semacam itu dirujuk dari pemikiran teologi Imam Abu Hasan al-Asy’ari dan Abu Mansur al-Maturidi. Dalam fiqh mengikuti salah satu dari empat imam mazhab: Abu Hanifah, Malik bin Anas, Muhammad Idris al-Syafi’i, dan Ahmad bin Hanbal. Pada bidang tasawuf mengikuti ajaran Junaidi al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali, yang mengintegrasikan antara syari’at dengan tasawuf. Nahdlatul Ulama tidak hanya mengaku sebagai penganut paham Ahlussunnahwal-Jama’ah, tetapi juga mengembangkannya secara lebih komprehensif. Menurut NU, Ahlussunnahwal-Jama’ah adalah corak keberagamaan umat Islam, baik pemahaman maupun praktik yang didasarkan atas tradisionalisme mazhabiyah. Ia merupakan sistem ajaran Islam yang dijajarkan dan dipraktikan Nabi Muhammad SAW, para sahabatnya, dan para tabi’in watabi’ittabi’in. Untuk merinci lebih jelas rumusan Aswaja, ulama NU menempatkan aqidah sebagai sistem kepercayaan, fiqh sebagai norma yang mengatur kehidupan, dan tasawuf sebagai tuntunan dalam membina akhlak untuk mencerahkan ruhani. Ketiganya bukan sebagai ajaran yang terpisah satu sama lain, melainkan sebagai tiga aspek yang menyatu sebagai ajaran Islam. Dalam kiprahnya selama hampir satu abad, jati diri Nahdlatul Ulama pada hakekatnya tidak pernah berubah dalam mengembangkan mainstream faham keagamaan-kebangsaan yang dijiwai semangat keislaman-keindonesiaan yang moderat, inklusif, toleran dan kultural. Selanjutnya, dalam konteks masyarakat Lombok, Islam merupakan rujukan utama dan lensa ideologis dalam memahami dinamika yang terus berkembang dan mengevaluasi berbagai perubahan, karena Islam merupakan agama yang sangat dominan di pulau Lombok yang memainkan peran penting sebagai penjaga nilai-nilai yang berkembang di masyarakat. Secara sosiologis, masyarakat Lombok misalnya, dikenal sebagai masyarakat yang kuat mempertahankan nilai dan ajaran agama, hal ini disebabkan oleh pengakuan dan penghormatan terhadap peran Tuan Guru dan memandang mereka sebagai panutan dalam kehidupan sosial-keagamaan. Dominannya jumlah umat Islam, tentu mempunyai pengaruh signifikan terhadap jumlah Masjid, sehingga pulau Lombok terkenal dengan sebutan “Pulau Seribu Masjid” dan banyaknya jama’ah haji dari pulau ini. Dalam titik inilah peran sosial keagamaan Nahdlatul Ulama di pulau Lombok menjadi sangat signifikan.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: Piulau Lombok; Nahdlatul Ulama; sasak;
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Fakultas Syariah > Jurusan Ilmu Falaq
Depositing User: mrs Nuraeni S.IPi
Date Deposited: 07 Mar 2023 04:21
Last Modified: 07 Mar 2023 04:21
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/2439

Actions (login required)

View Item View Item