Irahamdi, Muhamad (2022) Recovery dan memanimalisir persoalan buruh migran di Tingkat Desa. Sosial Culture, 1 (1). Sanabil, Mataram, Indonesia. ISBN 978-623-317-341-4

[img] Text (Buku)
Muhammad Irhamdi.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (1MB)

Abstract

INDONESIA Hasil penelitian menunjukkan perlindungan terhadap buruh migran yang dilakukan program Desbumi bertujuan untuk memberikan proteksi dari level terendah, yakni di tingkat desa. Perlindungan juga diberikan dari saat calon buruh migran ini merencanakan pendaftarannya sebagai buruh migran hingga kepulangan mereka dengan segala persoalan yang mereka hadapi di luar negeri. Sedangkan dalam kontek program Desbumi di desa Darek, program perlindungan ini memiliki peran dan fungsi yang vital yakni. Pertama, pusat informasi yakni bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait migrasi aman (safety migrations) dengan metode interaktif dengan masyarakat ke seluruh dusun di Desa Darek. Kedua, pusat data mobilitas yakni bertujuan untuk mendampingi dan mengarahkan calon buruh migran dalam mengurus segala bentuk persyaratan bermigrasi di kantor desa dengan didampingi oleh pelaksana program Desbumi. Ketiga, pusat pengaduan kasus atau advokasi yakni untuk membantu memecahkan permasalahan pada buruh migran, serta menyarankan mereka agar tidak mendiami permasalahan yang mereka hadapi di luar negeri. Karena dengan adanya program Desbumi di desa, sebagai salah satu wadah dalam membantu permasalahan buruh migran sejak mereka dari desa, setelah bekerja, sampai kepulangannya untuk diperdayakan di kampung halamannya. Bahkan dari pihak pelaksana program Desbumi memberi tahu buruh migran yang sudah bekerja di luar negeri melalui sosial media, bahwa di desa sudah terbentuknya salah satu program perlindungan dan pendampingan buruh migran yakni program Desbumi. Selain itu, juga terdapat skema penempatan buruh migran seperti. Pertama, calon buruh migran yang bekerja ke luar negeri, harus didampingi oleh pemerintah desa dan pelaksana dari 134 program Desbumi. Kedua, pendampingan oleh pemerintah desa harus mengetahui negara tujuan dari warganya, jenis pekerjaan dan majikannya, serta melengkapi syarat-syarat migrasi seperti KTP, KK, dan surat izin dari keluarga calon buruh migran. Ketiga, Balai Latihan Kerja (BLK) yakni pelatihan bagi calon buruh migran di Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten bertujuan untuk memberikan edukasi sebagai salah satu syarat migrasi aman (safety migrations). Keempat, Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) dilakukan untuk memverifikasi dokumen calon buruh migran seperti, dokumen keberangkatan, pasport, cek kesehatan, dan pembekalan akhir keberangkatan. Kelima, dalam keberangkatannya sudah dilengkapi dengan syarat-syarat migrasi sesuai ketentuan hukum yang berlaku. Keenam, dalam proses penempatannya di negara tujuan, pemerintah dalam negeri juga dapat mengetahui jenis pekerjaan dan majikan dari buruh migran. Ketujuh, dalam pemberdayaan bagi mantan buruh migran khususnya di Desa Darek, bertujuan untuk membantu dalam meningkatkan perekonomian di kampung halamannya dengan didampingi oleh pemerintah desa dan pelaksana dari program Desbumi. Desbumi juga menerapkan program pemberdayaan bagi mantan buruh migran setelah kembali ke kampung halamannya seperti. Pertama, peran pendamping dalam proses pemberdayaan mantan pekerja migran seperti: simpati, apresiasi positif, apa adanya, fasilitator, mediator dan broker. Kedua, pemberdayaan mantan buruh migran melalui penguatan ekonomi dan kapasitas dari buruh migran yang di dalamnya merupakan bentuk kegiatan mantan buruh migran yang didampingi oleh program desbumi dengan menjaankan kegiatan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan dan menjadi akses meraih perekonomian bagi mantan buruh migran di kampung halaannya dengan membuat jajan, pelatihan menjahit menenun dan membuat kreasi dari serabut kelapa. Pelatihan ini juga 135 didukung oleh pihak pemerintah desa, PPK Kota Mataram, Migran CARE dan BNP2TKI Kabupaten Lombok tengah. Selain itu, program Desbumi juga berperan dalam menggerakan kelompok mantan buruh migran yakni latansa. Dalam kelompok latansa, mereka juga didorong untuk terus melakukan kegiatan iuran Uang Simpan Pinjam (USP) sebagai salah satu strategi dalam membantu buruh migran sebagai modal awal untuk membuka usaha dari hasil pelatihan yang mereka dapatkan di desa. Sedangkan mengenai signifikansi dari program Desbumi, khususnya dalam konteks penanganan masalah pekerja migran yakni. Pertama, dengan terbentuknya program Desbumi di desa menjadi wadah bagi masyarakat untuk dapat dikoordinir sejak dari mulai membangun niat untuk bekerja ke luar negeri serta didampingi agar bermigrasi melalui jalur resmi (legal). Pelaksana dari program Desbumi juga melakukan metode interaktif dan reflektif dengan mensosialisasikan migrasi aman (safety migrations) ke seluruh dusun-dusun di Desa Darek, serta melakukan pendampingan terhadap masyarakatnya atau calon buruh migran untuk mengurus segala persyaratan bermigrasi di kantor desa. Kedua, dengan terbentuknya program Desbumi di desa, sehingga masyarakat bisa terdata dan bisa dikalkulasikakn berapa yang bekerja dan yang sudah pulang dari luar negeri. Ketiga, program Desbumi menjadi salah satu program yang signifikan di bawah nanungan desa, karena dengan adanya program Desbumi ini, masyarakat bisa terkoordinasi dan senantiasa lebih diperhatikan oleh pemerintah desa maupun dari pelaksana program Desbumi, bahkan dengan adanya program Desbumi sekarang masyarakat yang menjadi buruh migran dapat diberikan perlindungan dan pendampingan dari sebelum mereka bekerja ke luar negeri sampai kepulangannya untuk diperdayakan di desa.

Item Type: Book
Subjects: 16 STUDIES IN HUMAN SOCIETY > 1607 Social Work > 160799 Social Work not elsewhere classified
Divisions: Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi > Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam
Depositing User: M.Sos Muhamad Irhamdi
Date Deposited: 20 Apr 2023 21:02
Last Modified: 20 Apr 2023 21:02
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/2959

Actions (login required)

View Item View Item