Taufik, M. (2021) Mediated tariqat qadiriyyat wa naqshabandiyyat in the digital era: an ethnographic overview. ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin, 22 (1). pp. 35-44. ISSN (p) 1411-3775 (e) 2548-4729
Text (Artikel Jurnal)
Mediated Tarīqat Qādiriyyat wa Naqshabandiyyat in the Digital Era.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (861kB) |
Downloads
Downloads per month over past year
Abstract
ENGLISH This article examines how Tarekat Qadiriyah wa Naqshabandiyah (TQN) utilizes online media to strengthen its existence. As an integral part of the Islamic revival in Indonesia, Sufi orders (tarekat) are facing remarkable challenges and opportunities in maintaining their existence in the digital era. Nevertheless, previous studies observed Sufi orders as a traditional community that would be exterminated by the pace of modernization and globalization. This article argues that Sufi orders may survive in the internet of things era, contrary to preceding discourses. Based on ethnography research, both online and offline, the authors found out that the vitality of the Sufi order can adapt, develop, and innovate using online media. TQN's use of online media through various platforms proves Sufi order’s adaptive efforts to the internet-based era. TQN’s online media provide informations on Islamic and Sufism teachings, news, schedule of activities, and fundraising. Even though TQN members’ being active in cyber-Islamic environments, they resist online asceticism thus leverage the vertical-personal obedience, conservative authorities, and sacred rituals. These practices done by TQN members illuminate its identity as an authentic online sufism. Premises shown in this paper may enrich the scope of study within the relationship of Sufi orders and Islamic-cyber environment, especially in Indonesian context. INDONESIA Artikel ini mengamati pemanfaatan media daring di kalangan penganut Tarīqat Qādiriyyat wa Naqshabandiyyat dalam rangka memperkuat eksistensi mereka. Sebagai bagian integral dari kebangkitan Islam di Indonesia, komunitas tarekat menghadapi peluang dan tantangan besar untuk mempertahankan ajaran di zaman digital. Kendati demikian, sebagian kajian terdahulu memandang berbagai tarekat sebagai kelompok tradisional yang akan tergerus oleh arus modernisasi dan globalisasi. Artikel ini berargumen bahwa tarekat mampu bertahan di era yang serba digital, berbanding terbalik dibandingkan dengan kajian-kajian sebelumnya. Berdasarkan penelitian etnografi, baik secara luring dan daring, penulis menemukan bahwa ketahanan tarekat-tarekat dapat beradaptasi, berkembang, dan berinovasi dengan memanfaatkan media daring. Pemberdayaan media daring oleh TQN di berbagai platform mengilustrasikan upaya adaptif tarekat-tarekat atas era berbasis internet. Media daring TQN menyajikan berbagai informasi mengenai ajaran keislaman dan tasawuf, berita, agenda kegiatan, dan penggalangan dana. Sekalipun anggota-anggota TQN aktif di lingkungan siber, mereka menolak praktik bertarekat secara daring sembari memperkuat ketaatan vertikal-personal, otoritas-otoritas konservatif, serta ritual yang sakral. Praktik-praktik yang dilakukan oleh TQN memperkuat identitasnya sebagai sufisme daring yang autentik. Berbagai premis yang dipaparkan di dalam makalah dapat memperluas wilayah kajian mengenai hubungan antara tarekat dan lingkungan siber-Islam, khususnya pada konteks keindonesiaan.
Actions (login required)
View Item |