Wathoni, Lalu Muhammad Nurul (2022) Panitia Pelaksana AICIS XXI Tahun 2022: Citra Masyarakat Madani. In: The 21Th Annual International Conference On Islamic Studies (AICIS XXI) tahun 2022, tanggal 18 – 20 Oktober 2022 di Lombok dan tanggal 1 – 4 Nopember 2022 di Bali, UIN Mataram dan Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa Denpasar.
Text (SK Panitia)
1. SK Panitia AIICIS XXI 2022 KMA 823 Tahun 2022 ttg Panitia Nasional AICIS ke 21 tahun 2021.pdf - Published Version Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (258kB) |
||
Text (Bukti Publikasi)
22. Koran -Bali Pos -Pesan Esoteris Agama 4-11-2022.pdf - Supplemental Material Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (570kB) |
||
|
Image (Bukti Publikasi)
23. Koran -RadarLombok- Aicis & Madani 23-9-2022.jpeg - Supplemental Material Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (449kB) | Preview |
|
Text (Makalah)
24. Koran -SuaraNTB- UIN Mataram Menyongsong AICIS 2022 pada 6-9-2022.pdf - Supplemental Material Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives. Download (3MB) |
Abstract
INDONESIA Menurut Suyitno dilansir situs aicis.id bahwa Lombok menjadi tuan rumah AICIS XXI karena sebagai perwujudan inklusivisme yang relevan dengan isu dunia hari ini. Inklusif adalah sikap berfikir terbuka dan menghargai perbedaan, baik perbedaan tersebut dalam bentuk pendapat, pemikiran, etnis, tradisi-berbudaya hingga perbedaan agama. Sebagaimana masyarakat Lombok yang mayoritas Muslim secara geografis posisinya berada di tengah-tengah antara provinsi Bali yang mayoritas Hindu dengan provinsi NTT yang mayoritas Kristen. Walaupun berada di tengah heterogenitas, perbedaan atau keberagaman sosial agama yang masing-masing provinsi miliki, namun terbuki telah mampu hidup berdampingan secara harmonis. Sikap inklusivisme masayarakat inilah yang telah mampu mengatasi berbagai perbedaan yang ada sehingga tidak terjadi tindakan kekerasan, intoleran ataupun konflik. Realitas ini melahirkan kesadaran pluralisme. Pesan pluralisme kemudian merekomendasikan sikap toleransi dengan menjadikan perbedaan sebagai potensi untuk bekerjasama dan berdialog untuk menghasilkan kesatuan dalam perbedaan (ummatun wāhidah), tumbuh rasa perikemanusiaan (humanism) dan memberikan perhatian serta ruang bagi kelompok minoritas dalam mempertahankan identitas sosialnya (multikulturalism).
Actions (login required)
View Item |