Fahrurrozi, Fahrurrozi (2013) Persepsi civitas akademika IAIN Mataram terhadap transformasi IAIN Mataram menjadi UIN. In: Antologi hasil penelitian Islam dalam pergumulan lokalitas & institusi pendidikan. Pusat Peneltian dan Penerbitan LP2M IAIN Mataram, Mataram, pp. 165-196.

[img] Text (Book Section)
6.Fahrurrozi 165-196.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (547kB)

Abstract

INDONESIA TrAnsformAsi institut AgAmA Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) merupakan sebuah fenomena yang menarik untuk dikaji lebih jauh dan mendalam, hal ini disebabkan karena tidak semua PTAIN, STAIN dan IAIN bisa beralih status kelembagaannya menjadi universitas. Faktanya, dari 52 PTAIN yang tersebar diseluruh Indonesia hanya 6 yang sudah beralih status menjadi universitas. Yaitu UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UIN Sunan Kalijogo Yogyakarta, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, UIN Alauddin Makasar dan UIN Sunan Gunung Djaati Bandung. Setelah 6 PTAIN tersebut beralih status menjadi universitas, kini ada tambahan beberapa IAIN yang sedang mempersiapkan diri untuk alih status menjadi universitas. Diantara beberapa IAIN yang sedang persiapan untuk alih status tersebut, salah satunya adalah IAIN Mataram. Persiapan perubahan staus IAIN Mataram menjadi UIN bukanlah proses yang mudah. Tantangan yang dihadapinya tidak saja datang dari kalangan eksternal, artinya banyak isntansi dan birokrasi yang harus dilewati untuk perubahan kelembagaan itu, tetapi juga berasal dari internal kampus, pro dan kontra tidak bisa dihindari, terutama yang kaitannya dengan banyak orang. Itulah sebabnya tidak banyak institusi yang mengalami perubahan dalam waktu yang singkat. Masalah yang paling sering dan menonjol dalam setiap perubahan adalah “penolakan terhadap perubahan itu sendiri”. Istilah yang sangat populer dalam manajmen perubahan adalah resistensi perubahan (resistance to change). Penolakan terhadap perubahan tidak selalu muncul di permukaan dalam bentuk yang standar. Penolakan itu bisa muncul secara eksplisit dan eksterm, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, demonstrasi dan sejenisnya, atau bisa juga tersirat (implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada organisasi berkurang, bersikap pesimis, motivasi kerja berkurang, tingkat absensi meningkat, dan lain sebagainya. Itulah sebabnya tidak banyak institusi yang mengalami perubahan dalam waktu singkat. Transformasi IAIN Mataram menjadi UIN ini tidak luput dari resistensi tersebut, terutama yang disebabkan oleh pertanyaanpertanyaan yang bermunculan seperti: bagaimana nasib Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruaan, Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi? akankan fakultas-fakultas tersebut terpinggirkan dan termarginalkan? akankah nasib fakultasfakultas tersebut sama dengan fakultas agama di Universitas Islam Indonesia (UII), di seluruh Universitas Muhammadiyah se-Indonesia? mengapa harus berubah menjadi “Universitas” ? tidakkah cukup dengan menyandang nama institus saja? jika fakultas atau jurusan, prodi umum dikembangkan, bagaimana nasib jurusan-jurusan yang selama ini berjalan? akankah struktur keilmuan, kurikulum dan silabinya sama dan sebangun dengan sebelum dan sesudah UIN diresmikan ? bagaimana pola pembinaan dan pengembangan minat dan bakat, keterampilan dan kepribadian mahasiswa? Pertanyaan-pertanyaan tersebut barangkali tidak hanya muncul dalam individu-individu senat yang hadir dalam diskusi sidang senat, akan tetapi muncul dalam diri setiap dosen, karyawan, mahasiswa di lingkungan IAIN Mataram, terkait dengan kekhawatiran mereka terhadap adanya transformasi IAIN Mataram menjadi UIN. Inilah yang menjadi ketertarikan peneliti untuk mencoba melihat dan mengkaji lebih dalam lagi tentang bagaimana persepsi-persepsi masyarakat civitas akademika, terhadap transformasi IAIN Mataram menjadi UIN. Berdasarkan latar belakang penelitian ini, maka penelitian ini mengambil posisi untuk berusaha memahami tentang bagaimana persepsi Civitas Akademika IAIN Mataram terhadap transformasi IAIN Mataram menjadi UIN. Melihat fakta-fakta yang telah dikemukakan di atas terkait dengan respon dosen dan mahasiswa IAIN Mataram terhadap potensi yang dimiliki serta peluang yang dapat diraih oleh IAIN Mataram Nusa Tenggara Barat, baik sarana dan prasarananya maupun dukungan dari seluruh tokoh, ulama dan masyarakat Propinsi Nusa Tenggara Barat, IAIN Mataram dapat dikembangkan menjadi Universitas Islam unggulan, termasuk dengan terus mempertimbangkan pembukaan program studi baru yang relevan dengan kebutuhan masyarakat. Dengan terwujudnya keinginan dan langkah-langkah strategis tersebut, diharapkan melalui elaborasi hasil penelitian ini, dimana Dosen dan Mahasiswa mendukung penuh IAIN Mataram dalam bertransformasi menjadi UIN, baik itu terhadap Visi, Misi, Tujuan, Target IAIN Mataram, Paradigma Pengembangan Akademik IAIN Mataram Mejadi UIN Arah Pengembangan Akademik: Integrasi Sains-Agama Sebagai Keharusan Akademik. Strategi Pengembangan Akademik IAIN Mataram Menjadi UIN. Pengembangan Program Akademik Unggulan: Pengembangan Qur’anic Centre (Transformasi IAIN Menuju UIN). Strategi Pengembangan Akademik IAIN Mataram Menuju UIN. Terhadap Qura’anic Centere: Pengembangan Keunggulan IAIN Mataram, sehingga dapat memberi kontribusi berupa pencerahan dan pencerdasan masyarakat Nusa Tenggara Barat khususnya dan masyarakat Indonesia, sehingga bermuara pada kemajuan daerah ini. Semoga Allah SWT.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: transformasi; IAIN Mataram; UIN Mataram; renstra
Subjects: 13 EDUCATION > 1301 Education Systems > 130103 Higher Education
Divisions: Program Pascasarjana > Program Studi Magister Komunikasi Penyiaran Islam
Depositing User: mrs Nuraeni S.IPi
Date Deposited: 10 Feb 2022 07:12
Last Modified: 10 Feb 2022 07:12
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/965

Actions (login required)

View Item View Item