Jannah, Zuhrupatul (2022) Menelusuri genealogi Yahudi dalam Al-Quran. Pustaka Egaliter, Klebengan Jl. Apokat CT 8 Blok E, No. 2A Karanggayam, Depok, Sleman, Yogyakarta, pp. 1-254. ISBN 978-623-5440-54-5

[img] Text (Buku)
MENELUSURI GENEOLOGI YAHUDI DALAM AL-QUR’AN (1).pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (2MB)

Abstract

INDONESIA Umat Islam telah meyakini, mengimani dan menjalankan kandungan Al-Qur’an sejak diturunkannya pada awal abad ke-7 M. Wahyu Al-Qur’an diturunkan melalui malaikat Jibril dan diterima oleh seorang rasul yang bernama Muhammad bin Abdullah bin Abdul Muthalib (571-632 M). Al-Qur’an mencapai tingkat kesempurnaannya setelah melalui proses-proses berkesinambungan dari zaman ke zaman sejak awal diturunkannya wahyu-wahyu Allah swt kepada para Nabi dan Rasul hingga masa turunnya Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad. Selama kurun waktu 22 tahun lebih wahyu diturunkan di Mekah dan Madinah, di tengah masyarakat Arab Jahiliyah. Keberadaan Al-Qur’an telah ditetapkan sebagai kitab suci yang terpelihara di sepanjang masa dan berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dalam kehidupannya. Keterlibatan Tuhan secara langsung dan manusia dalam memelihara keorisinilan Al-Qur’an menjadi akan selalu eksis di sepanjang masa, baik secara lafazh maupun makna, yang karena itu pula Al-Qur’an menjadi mukjizat. Pemeliharaan Al-Qur’an sesuai dengan firman Allah, bahwa Allah swt memiliki peran langsung dalam menjaga eksistensi Al-Qur’an. Al-Qur’an merupakan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. sebagai pedoman hidup bagi umat manusia dalam menata kehidupannya, agar mereka memperoleh kebahagiaan lahir dan batin, di dunia dan akhirat kelak. Konsep-konsep yang ditawarkan Al-Qur’an selalu relevan dengan problema yang dihadapi manusia, karena Al-Qur’an turun untuk berdialog dengan setiap umat yang ditemuinya, sekaligus menawarkan pemecahan masalah terhadap problema tersebut, kapan dan di manapun mereka berada. Al-Qur’an memperkenalkan dirinya dengan beberapa nama seperti Al-Qur’an (bacaan), al-Kitâb (kitab atau buku), al-Furqân (pembeda antara yang baik dari yang buruk), al-Dzikr (peringatan), Hudan (petunjuk bagi manusia pada umumnya dan orang-orang yang bertakwa pada khususnya), al-Rahmah (rahmat), al-Syifa (obat penawar), khususnya bagi hati yang resah dan gelisah, dan al-Maw’izhah (nasehat atau wejangan). Nama-nama tersebut memberikan indikasi bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci yang berdimensi banyak dan berwawasan luas. Sebagai pedoman hidup bagi umat manusia, pembicaraan Al-Qur’an terhadap suatu masalah sangat unik, tidak tersusun secara sistematis seperti halnya buku-buku ilmu pengetahuan yang dikarang manusia. Di samping itu, Al-Qur’an juga sangat jarang menyajikan suatu masalah secara terperinci dan detail. Pembicaraan Al-Qur’an terhadap suatu masalah pada umumnya bersifat global, parsial dan seringkali menampilkan suatu masalah dalam prinsip pokoknya saja Keadaan demikian, sama sekali tidak berarti mengurangi nilai Al-Qur’an. Sebaliknya justru di sanalah letak keunikan sekaligus keistimewaannya. Dengan keadaan seperti itu, Al-Qur’an malah menjadi obyek kajian yang tidak pernah kering oleh para cendekiawan, baik muslum maupun nonmuslim, sehingga ia tetap aktual sejak diturunkannya empat belas abad yang lalu. Dalam upaya memahami kandungan Al-Qur’an, para ulama tafsir pada umumnya menafsirkan ayat demi ayat sesuai dengan susunannya dalam mushaf. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, muncul gagasan untuk mengungkap petunjuk Al-Qur’an terhadap suatu masalah tertentu dengan jalan menghimpun seluruh atau sebagian ayat dari beberapa surat yang berbicara tentang topik yang sama untuk kemudian dikaitkan antara satu ayat dengan ayat lainnya, sehingga pada akhirnya dapat diambil kesimpulan menyeluruh tentang masalah tersebut menurut petunjuk Al-Qur’an. Menafsirkan al-Qur’an dengan langkah seperti ini disebut dengan metode maudhû’î (tematik). Salah satu masalah yang banyak diungkap dalam Al-Qur’an ialah tentang sejarah dan kisah kaum-kaum terdahulu yang mana tujuan pengungkapan kisah-kisah tersebut sebagai pelajaran atau ‘ibrah bagi umat Islam yang mengimani Al-Qur’an. Adapun diantara beberapa kisah yang diungkap atau dideskripsikan dalam Al-Qur’an yakni kisah para Nabi dan Rasul terdahulu beserta para umatnya. Diantara beberapa kisah tersebut yang banyak di ungkap dalam Al-Qur’an ialah kisah Nabi Ya’qub beserta anak cucu keturunannya yang di dalam Al-Qur’an ia disebut Asbâth. Adapun makna Asbâth yaitu anak keturunan Nabi Ya’qub ‘alaihissalam dari keempat orang istrinya Ya’qub memiliki 12 putra, yakni dari Lea atau Layya enam orang putra, yaitu; Ruben, Simeon, Lewy, Yahuda, Isakhar dan Zebulaon. Dari Rachel lahir dua orang putra, yaitu ; Yusuf, dan Benyamin. Dari Bilha dua orang anak, yaitu ; Dann dan Naftali. Kemudian dari Zilfa dua orang putra, yaitu ; Gad dan Asyer. Putra-putra Nabi Ya’qub inilah yang merupakan cikal bakal lahirnya istilah Banî Isrâ’îl. Mereka dan keturunannya yang banyak disebut sebagai Al-Asbâth, yang berarti anak cucu. Sibith dalam bangsa Yahudi adalah seperti suku bagi bangsa Arab dan mereka yang berada dalam satu sibith berasal dari satu bapak. Masing-masing anak Ya’qub kemudian menjadi bapak bagi Sibith Banî Isrâ’îl. Maka seluruh Banî Isrâ’îl berasal dari putra-putra Ya’qub yang berjumlah 12 orang. Dalam menafsirkan ayat-ayat Asbâth dalam Al-Qur’an terdapat beberapa perdebatan dari para cendekiawan Muslim atau para ulama mengenai definisi Asbâth itu sendiri yang mana perbedaan pendapat mengenai definisi Asbâth ini akan menimbulkan perdebatan akademik mengenai kedudukan Asbâth, apakah Asbâth termasuk Nabi atau tidak dan kapankah istilah Asbâth ini pertama kali dimunculkan dalam Al-Qur’an dan sebagainya. Selain itu terdapat beberapa masalah mengenai Asbâth yang akan dikaji dalam buku ini termasuk bagaiamana perbedaan term Asbâth dan Bani Isra’il. Kemudian dalam buku ini juga akan membahas tentang kaum Yahudi yang mana kaum Ahli Kitab terutama kalangan Yahudi, adalah komunitas yang termasuk menonjol keterlibatannya dalam perkembangan pembentukan keyakinan Islam. Kelompok ini seringkali berhadapan dengan Nabi saw. baik dalam suasana keakraban maupun permusuhan. Komunikasi dan interaksi mereka dengan Nabi dan kaum muslimin telah menyebabkan banyak ayat Al-Qur’an turun memberi respons, dan hubungan ini dalam beberapa hal berakhir dengan konflik. Memang harus diakui bahwa pada dasarnya yang menjadi sasaran awal Al-Qur’an adalah situasi kota Mekkah. namun kemudian, tidak terhindarkan, masyarakat Yahudi dan Nasrani ikut terlibat, sebab dalam pandangan Al-Qur’an manusia sesungguhnya umat yang satu. Untuk mengajak manusia melaksanakan kebaikan dan meninggalkan tindakan-tindakan jahat dan tidak bermoral, pertama sekali yang harus dilakukan adalah meyakinkan mereka akan adanya konsekuensi-konsekuensi dari semua perbuatannya, kebaikan akan dibalas dengan pahala yang besar, sedangkan kejahatan akan mendatangkan malapetaka yang merugikan. Karena itu Al-Qur’an selalu menekankan pentingnya beriman kepada Allah swt dan beriman kepada Hari Akhir dan beramal saleh. Berangkat dari keyakinan inilah, persoalan-persoalan teologi mulai muncul, dan para penentang Nabi di Mekah seringkali menjadikan orang Yahudi sebagai konsultan mereka untuk mendapatkan argumentasi melawan Nabi saw, akibatnya, Al-Qur’an kemudian bukan hanya mengkritik konsep-konsep teologi orang Yahudi yang di anggap menyimpang, tetapi juga “membongkar” perilaku mereka sepanjang sejarah. Nabi Muhammad saw. pada awalnya menaruh harapan besar pada orang-orang Yahudi sebagai pendukung bagi agama yang sedang beliau dakwahkan, sebab beliau menganggap mereka memiliki basis keyakinan yang bersumber pada ajaran yang sejalan dengan agama yang beliau bawa. Interaksi Nabi Muhammad saw. dengan kaum muslim di satu pihak, dengan pihak Yahudi di pihak lain kemudian menjadi intens, dan wahyu pun turun memberikan berbagai tanggapan, mengkritik dan pada akhirnya bahkan mengecam tindakan-tindakan mereka yang ternyata tidak seperti yang diharapkan, yakni justru menjadi penentang utama bagi risalah yang dibawa Nabi saw. Perkembangan sikap Al-Qur’an terhadap Yahudi ini menarik, karena ia bergerak seiring dengan perkembangan kondisi politik dan pembentukan masyarakat muslim masa awal. Alasan mengapa buku ini membahas Asbâth, Bani Isra’il dan Yahudi dalam Al-Qur’an adalah karena persoalan tentang Asbâth, Bani Isra’il dan Yahudi telah menjadi topik penting bukan hanya karena jarang diangkat secara serius dalam diskursus keislaman, namun juga untuk urgensi pengetahuan yang mendalam akan korelasi antara ketiga term tersebut. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa dari kedua belas putra nabi Ya’qub lah yang menjadi cikal bakal Banî Isrâ’îl, yang kemudian setelah keturunan Isra’il atau Nabi Ya’qub berkembang banyak maka kaum yang banyak ini disebut sebagai Asbâth yang terbagi dalam dua belas suku Banî Isrâ’îl, sedangkan Yahudi berasal dari salah satu keturunan dari dua belas suku Asbâth ini, maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Yahudi memiliki relasi dengan Asbâth. Dari hipotesa ini, maka dalam buku ini mengkaji penelusuran sejarah term Asbâth, Banî Isrâ’îl dan Yahudi dan bagaimana relasi antara ketiganya sesuai petunjuk ayat-ayat dalam Al-Qur’an yang memakai ketigaa term tersebut. Secara garis besar buku ini membahas analisis terhadap presentasi Al-Qur’an tentang term Asbâth, Banî Isrâ’îl dan Yahudi. Seperti telah disebutkan Al-Qur’an telah berbicara banyak tentang Asbâth, Banî Isrâ’îl dan Yahudi, dan sepertinya umat inilah yang telah banyak menyita perhatian yang lebih serius dan intensif dalam kitab suci Islam/ Al-Qur’an dibanding umat-umat lain, selain umat Islam sendiri; bahkan ketika Al-Qur’an berbicara tentang Ahli Kitab, pada umumnya yang dimaksud adalah umat Yahudi. Al-Qur’an kelihatannya bukan hanya merespons sikap kaum Yahudi pada zaman Nabi Muhammad saw, tetapi juga memberikan sejarah mereka yang panjang, pandangan keagamaan mereka, dan berbagai tingkah laku mereka sepanjang sejarah, baik positif maupun negatif. Karena itu sebuah penelaahan yang sangat cermat diperlukan untuk menjelaskan kembali bagaimana term Asbâth, Banî Isrâ’îl dan Yahudi dan bagaimana Al-Qur’an mempersepsikan mereka sebagai sebuah bangsa dan juga sebagai sebuah komunitas agama. Sampai pada poin ini dapat dikatakan bahwa Yahudi mendapat tempat yang “spesial” dalam kitab suci. Kenyataan sejarah juga menunjukan mereka inilah satu-satunya kelompok keagamaan yang paling intens berinteraksi dengan Nabi Muhammad asw. sebagai pembawa Al-Qur’an. Dengan kata lain mereka adalah kelompok yang ikut berperan dalam membentuk milieu masyarakat penerima Al-Qur’an. Di samping dari apa yang telah dipaparkan di atas ada beberapa faktor lain yang melatar belakangi penulis untuk meneliti masalah term Asbâth, Banî Isrâ’îl dan Yahudi ini, karena banyak pemahaman simpang siur yang banyak dikonsumsi kalangan umum mengenai asal muasal Yahudi dan beragam perdebatan seputar darimanakah Yahudi itu berasal, apakah ia termasuk agama atau suku, kalau ia merupakan agama, kapankah awal kemunculannya dan lain sebagainya. Dari persoalan di atas maka penelitian dalam buku ini akan berusaha menjawab dan memberikan titik terang persoalan tersebut dengan menelusuri sejarah yakni menemukan korelasi antara Asbâth , Banî Isrâ’îl dan Yahudi dalam pandangan Al-Qur’an sesuai informasi-informasi yang diberitakan Allah dalam Al-Qur’an mengenai hal tersebut dengan menggunakan metode tafsir maudhû’î (tematik). Penulis Sadari bahwa buku ini jauh dari kata sempurna, karena kesempurnaan sejatinya hanya milik Allah Swt. Karena iotu kritik konstruktif dari pembaca sangat diharapkan demi kebaikan kedepan. Diharapkan semoga buku ini bermanfaat bagi mahaiswa, peneliti dan pengkaji tafsir serta pembaca secara umum. Akhirnya taka da gading yang tak retak, taka da manusia yang sempurna, hanya kepada Allah swt penulis berserah diri dan berdoa, semoga buku ini bermanfaat. Wallahu a’lam bi al-shawab.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: tafsir maudhu'u; yahudi
Subjects: 22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies > 22040301 Al-Quran, Tafsir and related science
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama > Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir
Depositing User: Mrs Zuhrupatuljannah .
Date Deposited: 16 Dec 2022 01:48
Last Modified: 16 Dec 2022 01:48
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/2083

Actions (login required)

View Item View Item