Mukhlis, Mukhlis (2011) Permata kearifan dari naskah kuno kesultanan Bima: Jawharah al-Ma ârif. Alam Tara Institute, Mataram. ISBN 978-979-17854-7-1

[img] Text (Buku)
Mukhlis _ Jawharatul Ma'arif (2011).pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (3MB)

Abstract

Buku yang berada di tangan pembaca ini berasal dari sebuah laporan penelitian filologi yang saya lakukan pada tahun 2004 atas salah satu naskah kolesi Museum Samparaja Bima, Jawharah al-Ma ârif (JM). Kandungan isi naskah yang telah berusia lebih dari 120 tahun itu merupakan rekaman pemikiran Islam tempo dulu tentang code of conduct dalam memangku kekuasan dan menjalankan pemerintahan, dua hal yang merupakan bagian dari topiktopik dalam diskursus fiqh siyâsi. Dalam konteks penelitian filologi, tema kandungan naskah yang demikian itu tergolong dalam satu genre yang disebut dengan Mirrors for Princess atau Mirrors for Rulers yang muncul dalam tradisi kesusateraan Islam Parsi (Jelani Harun, 2003). Dalam genre itu naskah JM dapat disejajarkan dengan naskah-naskah lain yang telah sangat populer dalam dunia filologi, yaitu Taj al-Salatin dan Bustan al-Salatin. Dengan melakukan penelitian atas naskah JM diharapkan dapat terungkap nilai-nilai kearifan dan dipetik relevansinya dengan kontek kekinian dan kedisinian. Penulis menimbang bahwa kandungan naskah JM sangat penting untuk disimak oleh mereka yang tengah dipercaya memangku kekuasaan dan menjalankan pemerintahan di segala levelnya agar mereka menimba kearifan sebagai pedoman moral dan etika dalam memikul kepercayaan itu. Selain itu, masyarakat umum pun juga perlu membaca kandungan naskah JM agar memiliki wawasan tentang tata laku kekuasaan sehingga mereka dapat memberikan penilaian terhadap para pemimpin dan pejabat pemerintahan yang ada. Itu semua menjadi alasan dan pemantik motivasi saya untuk berupaya menerbitkan hasil penelitian ini menjadi sebuah buku yang dapat dibaca oleh masyarakat luas. Dari keseluruhan proses penelitian terhadap naskah JM, ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil, yaitu: 1. Naskah JM terdiri dari 5 pasal pembahasan yang secara garis besar memuat: a. Uraian tentang tugas, kewajiban, anjuran, syarat dan pantangan bagi seorang seorang sultan agar dia dapat disebut sebagai zhill al-Lâh fi al-ardli (bayang-bayang Tuhan di bumi). Apabila dia melanggar semua itu maka dia menjadi zhill alibl îs fi al-ardli (bayang-bayang iblis di bumi).(Pasal 1) b. Uraian tentang ilmu hikmah yang bertujuan agar sultan sukses dalam memimpin negerinya.(Pasal 2, dan dapat mengalahkan musuh-musuhnya. (Pasal 4 dan 5) 2. Pengaruh penghayatan tasawuf dan praktek ke-tareqatan sangat tampak dalam teks JM melalui berbagai amalan dan riyâdlah yang disarankan kepada sultan. Namun semua itu tetap dalam batasan-batasan yang bersifat fiqhiyah, seperti tetap melaksanakan shalat wajib lima waktu dan shalat sunnat tahajud, puasa wajib dan sunat, mengeluarkan zakat dan sedekah. Jadi tasawuf yang diusung dalam JM adalah tasawuf amali, bukan tasawuf falsafi yang terkadang meninggalkan ketentuan formal dalam fiqih. Di samping itu teks JM juga dipengaruhi oleh pemahaman keagamaan religio-magisme yang tampak pada pemaduan teks-teks suci dan amalan keagamaan dengan tindakan-tindakan yang bersifat klenik dan magik untuk mencapai kepentingan praktis-pragmatis dan berjangka pendek. 3. Beberapa hal dari kandungan JM masih memiliki relevansi dengan kontek kesinian dan kekinian, yaitu: a. Keterpaduan dan keseimbangan antara hukum syara� dan adat isitiadat sebagai pilar kehidupan. b. Integrasi dua trilogi kompetensi pemimpin, yaitu yang bersifat praktis-pragmatis (ilmu, akal, adil), dan spiritual (iman, taqwa, dan haya�). c. Fit and proper test bagi setiap orang yang akan dijadikan pejabat. d. Integritas kepribadian pejabat negara. Selain nilai yang relevan, dalam naskah JM terdapat juga nilai-nilai yang dipandang kurang sesuai untuk konteks saat ini, yaitu: a. Pandangan diskriminatif terhadap perempuan, b. Pandangan keagamaan yang bersifat religiomagisme, c. Pemaksaan dan intoleransi dalam agama. 4. Nilai tradisional Bima yang terangkum dalam ungkapan nggusu waru dan maja labo dahu memiliki keselarasan, bahkan hubungan derivatif dengan nggusu ini dan malu dan takut (taqwa dan haya) dalam teks JM. Penelitian yang lebih mendalam tentang naskah ini sangat perlu dilakukan guna menyingkap aspek-aspek lain selain yang sudah dikupas dalam tulisan ini.

Item Type: Book
Uncontrolled Keywords: penaskahan; jawharah; teks
Subjects: 21 HISTORY AND ARCHAEOLOGY > 2101 Archaeology > 210109 Sasak, Samawa, or Mbojo Archaeology
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies > 22040307 Islamic History
Divisions: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan > Jurusan Pendidikan Agama Islam
Depositing User: mrs Nuraeni S.IPi
Date Deposited: 27 Mar 2023 06:16
Last Modified: 27 Mar 2023 06:16
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/2496

Actions (login required)

View Item View Item