Wahid, Abdul (2021) Ziarah dan pertemuan intelektual di Monash University. In: Terobosan akademik Australia - Indonesia: refleksi antropologis dan sosiologis alumni PIES 2008-2009. LKiS, Yogyakarta, pp. 145-157. ISBN 978-623-7177-76-0

[img] Text (Book Section)
TEROBISAN AKADEMIK.pdf - Published Version
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (4MB)
[img] Text (Peer Review)
AW peer review Terobosan 1 dan 2.pdf - Supplemental Material
Available under License Creative Commons Attribution Non-commercial No Derivatives.

Download (924kB)

Abstract

INDONESIA Tulisan menceritakan tentang perjalanan ke Monash University. Perjalanan dari bandara Melbourne menuju Clayton dibaluti suasana spring yang mulai menerpa. Sejak dari Canberra, bunga bunga Sakura tak pernah absen dari pandangan. Bunga Nippon itu paling eye-catching dari bunga-bunga lainnya karena putihnya bak salju, menyilaukan mata. Melbourne Harbour siang itu juga terlihat mengagumkan, dengan kapal dan perahu berjejeran memenuhi teluk yang tenang. Melbourne-Clayton ditempuh sekitar satu jam dengan taksi. Sesekali kami bercanda dengan menyebut ini seperti perjalanan Malioboro-Klaten dengan sepeda tua. Malioboro untuk Melbourne dan Klaten untuk Clayton. Asosiasi nama tempat itu sudah kami dengar sejak sebelum berangkat. Seperti terbukti dalam obrolan kami dengan teman-teman mahasiswa Indonesia di Monash, Clayton sering kali diplesetkan dengan Klaten di Jawa Tengah. Ini tampaknya modus teman-teman dari Indonesia yang ada di sana untuk merasa at home dan mengusir homesick pada ibu pertiwi. Sesampai di Clayton, kami berenam langsung ke bagian administrasi kampus Monash University untuk memperoleh kurdi dan pas akomodasi, baru menuju ke penginapan. Setelah ketuk ketuk dan celinguk sana sini agak fama, ternyata kami kesasar. Kami menuju penginapan yang bukan seharusnya. Kelalaian dalam membaca detail itinerary. Lembaga keilmuan kita, termasuk perguruan tinggi, sibuk membangun dikotomi keilmuan sekuler-Islami, padahal itu akan menutup koridor bagi kreativitas ilmiah. Ia memberi istilah 'aminiah' bagi kecenderungan taqlid dan kebuntuan ijtihad di kalangan sarjana Muslim. Sebagai sarjana Muslim yang bergerak di bidang Islamic studies, kami tersugesti untuk ikut memberi nuansa dan atmosfer agar dikotomi-dikotomi itu terurai. Pertemuan seperti ini sering kali menjadi 'cas' walaupun kritisisme ini membuat 'sakitnya tuh di sini!" Tetapi cappucino yang sengaja dilebihkan satu itu menambah kecerahan melihat diri dan lembaga keilmuan kami masing-masing di Tanah Air. Dalam diskusi sore itu, Khadafi kembali memantik diskusi dengan tesis dakwah media sosial-nya. Katanya, dakwah media sosial menghasilkan kesalehan instan dan pemahaman keagamaan yang karitatif, reaktif, dan tidak reflektif. Dewasa ini, banyak da'i yang mentransformasikan dakwali 'darat' mereka melalui media. sosial. Cara ini sebetulnya dilakukan dalam rangka melampaui sekat-sekat identitas dari fragmentasi umat. Media sosial akhirnya menjadi medan pertarungan baru bagi kontestasi elit agama, juga kontestasi komunitas keagamaan. Media sosial menjadi tantangan dalam dakwah. Tantangan dakwah juga tidak hanya datang dari dunia maya.

Item Type: Book Section
Uncontrolled Keywords: sekuler-Islami; karitatif; reaktif; da'i
Subjects: 13 EDUCATION > 1303 Specialist Studies In Education > 130301 Indonesian Education
13 EDUCATION > 1399 Other Education > 139999 Education not elsewhere classified
22 PHILOSOPHY AND RELIGIOUS STUDIES > 2204 Religion and Religious Studies > 220403 Islamic Studies
Divisions: Fakultas Ushuluddin dan Studi Agama > Jurusan Sosiologi Agama
Depositing User: mrs Nuraeni S.IPi
Date Deposited: 19 Jul 2021 01:09
Last Modified: 19 Jul 2021 01:09
URI: http://repository.uinmataram.ac.id/id/eprint/526

Actions (login required)

View Item View Item